Durkheim memilih studi bunuh diri karena persoalan ini
relative merupakan fenomena konkrit dan spesifik, di mana tersedia data yang bagus cara
komparatif. Akan tetapi, alasan utama Durkheim untuk melakukan studi bunuh diri
ini adalah untuk menunjukkan kekuatan disiplin Sosiologi. Dia melakukan penelitian tentang angka bunuh diri di
beberapa negara di Eropa. Secara statistik hasil dari data-data yang
dikumpulkannya menunjukkan kesimpulan bahwa gejala-gejala psikologis sebenarnya
tidak berpengaruh terhadap kecenderungan untuk melakukan bunuh diri. Menurut
Durkheim peristiwa-peristiwa bunuh diri sebenarnya merupakan
kenyataan-kenyataan sosial tersendiri yang karena itu dapat dijadikan sarana
penelitian dengan menghubungkannya terhadap sturktur sosial dan derajat
integrasi sosial dari suatu kehidupan masyarakat.
Durkheim memusatkan perhatiannya pada 3 macam kesatuan
sosial yang pokok dalam masyarakat:
Ø Bunuh Diri dalam Kesatuan Agama
Dari data yang dikumpulan Durkheim menunjukkan bahwa
angka bunuh diri lebih besar di negara-negara protestan dibandingkan dengan
penganut agama Katolik dan lainnya. Penyebabnya terletak di dalam perbedaan
kebebasan yang diberikan oleh masing-masing agama tersebut kepada para
penganutnya.
Ø Bunuh Diri dalam Kesatuan Keluarga
Dari penelitian Durkheim disimpulkan bahwa semakin
kecil jumlah anggota dari suatu keluarga, maka akan semakin kecil pula
keinginan untuk hidup. Kesatuan sosial yang semakin besar, mengikat orang pada
kegiatan-kegiatan sosial di antara anggota-anggota kesatuan tersebut.
Ø Bunuh Diri dalam Kesatuan Politik
Dari data yang dikumpulkan, Durkheim menyimpulkan
bahwa di dalam situasi perang, golongan militer lebih terintegrasi dengan baik,
dibandingkan dalam keadaan damai. Sebaliknya dengan masyarakat sipil.
Kemudian data tahun 1829-1848 disimpulkan bahwa angka
bunuh diri ternyata lebih kecil pada masa revolusi atau pergolakan politik,
dibandingkan dengan dalam masa tidak terjadi pergolakan politik.
Durkheim membagi
tipe bunuh diri ke dalam 4 macam:
1) Bunuh Diri Egoistis
Tingginya angka bunuh diri egoistis dapat ditemukan
dalam masyarakat atau kelompok di mana individu tidak berinteraksi dengan baik
dalam unit sosial yang luas. Lemahnya integrasi ini melahirkan perasaan
bahwa individu bukan bagian dari masyarakat, dan masyarakat bukan pula bagian
dari individu. Lemahnya integrasi sosial melahirkan arus sosial yang khas, dan
arus tersebut melahirkan perbedaan angka bunuh diri. Misalnya pada masyarakat
yang disintegrasi akan melahirkan arus depresi dan kekecewaan. Kekecewaan yang
melahirkan situasi politik didominasi oleh perasaan kesia-siaan, moralitas
dilihat sebagai pilihan individu, dan pandangan hidup masyarakat luas menekan
ketidakbermaknaan hidup, begitu sebaliknya.
Durkheim menyatakan bahwa ada faktor paksaan sosial
dalam diri individu untuk melakukan bunuh diri, di mana individu menganggap
bunuh diri adalah jalan lepas dari paksaan sosial.
2) Bunuh Diri Altruistis
Terjadi ketika integrasi sosial yang sangat kuat, secara
harfiah dapat dikatakan individu terpaksa melakukan bunuh diri. Salah satu
contohnya adalah bunuh diri massal dari pengikut pendeta Jim Jones di
Jonestown, Guyana pada tahun 1978. contoh lain bunuh diri di Jepang (Harakiri).
Bunuh diri ini makin banyak terjadi jika makin banyak
harapan yang tersedia, karena dia bergantung pada keyakinan akan adanya sesuatu
yang indah setelah hidup di dunia. Ketika integrasi mengendur seorang akan
melakukan bunuh diri karena tidak ada lagi kebaikan yang dapat dipakai untuk
meneruskan kehidupannya, begitu sebaliknya.
3) Bunuh Diri Anomic
Bunuh diri ini terjadi ketika kekuatan regulasi
masyarakat terganggu. Gangguan tersebut mungkin akan membuat individu merasa
tidak puas karena lemahnya kontrol terhadap nafsu mereka, yang akan bebas
berkeliaran dalam ras yang tidak pernah puas terhadap kesenangan.
Bunuh diri ini terjadi ketika menempatkan orang dalam
situasi norma lama tidak berlaku lagi sementara norma baru belum dikembangkan
(tidak ada pegangan hidup). Contoh: bunuh diri dalam situasi depresi ekonomi
seperti pabrik yang tutup sehingga para tenaga kerjanya kehilangan pekerjangan,
dan mereka lepas dari pengaruh regulatif yang selama ini mereka rasakan.
Contoh lainnya seperti booming ekonomi yaitu
bahwa kesuksesan yang tiba-tiba individu menjauh dari struktur tradisional
tempat mereka sebelumnya melekatkan diri.
4) Bunuh Diri Fatalistis
Bunuh diri ini terjadi ketika regulasi meningkat.
Durkheim menggambarkan seseorang yang mau melakukan bunuh diri ini seperti seseorang
yang masa depannya telah tertutup dan nafsu yang tertahan oleh disiplin yang
menindas. Contoh: perbudakan.
Hubungan Empat
Jenis Bunuh Diri menurut Durkheim
Integrasi
|
Rendah
|
Bunuh diri egoistis
|
Tinggi
|
Bunuh diri altruistis
|
|
Regulasi
|
Rendah
|
Bunuh diri anomic
|
Tinggi
|
Bunuh diri fatalistis
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar