Kamis, 11 April 2013

PENERAPAN BUDAYA MENGAJAR YANG BAIK


(analisis film "freedom of writers" by Richard LaGravenese)
Diangkat dari cerita  film yang berjudul” freedom writers”  tentang bagaimana seorang guru baru yang bernama “erin gruwell” mengalami keterkejutan terhadap siswa siswinya  dengan latar belakang daerah dan ras yang berbeda menjadikan masing masing siswa untuk membentuk sebuah kelompok masing masing, dari latar belakang itulah konflik antar siswa sering terjadi dengan proses yang begitu singkat  dengan alasan mempertahankan kelompok masing masing ,disamping itu factor factor lain yang mendorong lahirnya sifat keagresifan siswa terhadap kelompok lain yang disebabkan karena sebagian besar siswa siswinya memiliki permasalahan pribadi yang muncul akibat permasalahan didalam keluarganya, hal inilah yang menyebabkan para anak anak tidak merasa mendapatkan proses sosialisasi sempurna seperti kasih sayang, rasa perhatian didalam keluarganya dengan proses yang sempurna hingga mereka berumur remaja.
Dengan latarbelakang budaya dan ras yang berbeda seiring kali hal ini menimbulkan kerawanan konflik yang serius dengan berbagai alasan penyebab yang intinya berakar pada sikap “Etnosentrisme”, etnosentrisme sendiri merupakan suatu “ sikap atau pandangan yg berpangkal pada masyarakat dan kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yg meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain”.hal ini menucul sebagai konsekuensi  atas adanya diskriminasi didalam dunia etnis.meskipun tidak selamanya sikap entnosentrisme ini bersifat negative, dampak positifpun masih tetap ada namun hanya terjadi pada setiap maisng masing kelompok tersebut yang dapat dijelaskan ketika kelompok mereka merasa tidak dihargai dan dinilai tidak baik atau adanya suatu diskriminasi dari mkelompok lain, maka sifat dan sikap kecintaan terhadap satu sama lain dalm kelompokpun muncul sebagai bentuk dari proses pembelaan dan mempertahankan harga diri masing masing dalam kelompok tersebut, namun dari adnya proses tersebut sering kali dampak negative muncul akibat aanya konflik tetsebut seperti menimbulkan rasa gelisah terhadap warga lain , rusaknya fasilitas fasiltias umum akibat ulah dari kelompok kelompok yang sedang bertikai,dan lahirnya sebuah perasaan traumatic dari adanya dampak konflik tersebut dll. Sikap etnosentrik dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya tipe kepribadian, derajat identifikasi etnik, dan ketergantungan. Semakin tinggi derajat identifikasi etnik umumnya semakin tinggi pula derajat etnosentrisme yang dimiliki, meski tidak selalu demikian.
Dengan latarbelakng  Perasaan etnik yang begitu kuat inilah dasar dimana anak anak siswa ang tersebut saling berusaha m,mempertahankan harga diri mereka di mata kelompok lain, yang terkadang membuat pola struktur yang diterpakan disekolah kurang berfungsi dengan baik, namun tidak selamanya pola kutru dan struktur yang
terdpata di masing masnig sekolah tidak mampu mengatasi hal tersebut,semua pada dasarnya tergantung bagai mana memikirkan cara cara yang afektif dalam mengatasi permasalahan tersebut melaui pendidikan multikulturlisme yang efektif dan penanaman kultur sekoalh yang baik yang dapta dilakukan memlaui proses belajar mengajar dan penerapan metode mengajar yang menarik dll.
Permasalahan selanjutnya yang terjadi  pada siswa siswi tersebut ialah dimana mereka sebagian besar memiliki permasalahan didalam keluarganya seperti adanya penindasan dari sang ayah terhadap ibunya , mereka diusir dari rumah akibat kesalahan yg mereka lakukan dan kurangnya rasa perhatian dari orang tua terhadap anaknya  baik itu dari aksih sayang dst,dilain sisi sebenarnya mereka ingin memberontak atas ketidak terimaan mereka dari kondisi keluarga yang  seperti itu,namun hal ini hanya mereka pendam hingga mereka beranjak usia remaja, disinilah mereka mulai mrnimbulkan perasaan kekesalan mereka atas kondisi keluarganya dulu yang mana dari hal itu mereka memiliki sikap agresif terhadap kelompok lain yang berdampak pada lahirnya konflik secara singkat. Pada dasarnya keluarga merupakan agen sosialisasi yang paling dini yang diterima oleh sang anak. Keluraga merupakan wadah unutk setiap anggota masyarakat dan keluarga merupakan sarana pendidikan yang pertama. Walaupun keadaan keluarga satu dengan keluarga  yang lain berbeda, namun merupakan suatu kenyataan behwa pengaruh pendidikan relative lebih besar disbanding dengan pengaruh sarana saarana lain terutama dalam masa tahun tahun pra sekolah, seperti dikatakn St. Thomas Aquines dan John B.Watson ( mifflen,1982), bahwa tahun tahun yang formatif adalah  lima tahun pertama(golden age) dari kehidupan dan masa tersebut individu ada dalam keluarga, namun belum berarti pengaruh keluarga berhenti pada saat pre sekolahan dimulai. Pengaruh itu akan berjalan terus selama ppersekolahan , tetapi pengaruh keluarga itu telah memberi dasar pada anak melalui cara tertentu sebelum ia sekolah. Melaui interaksi keluarga, anak disosialisasikan bukan saja kedalam masyarakat umum saja, tetapi kedalam kelas social dengan nilai nilai,sikap sikap dan norma norma, yang terdpat didalam keluarga, terutama melalui identifikasi diri dengan orang tua dan anggota keluarga lainya, melalui proses belajar itulah rasa percaya diri anak mulai tebentuk dan berkembang. Selanjudnya melalui proses sosialisasi yang dapat membentuk kepribadian seorang anak, setiap orang tua sejalan dengan system kehidupan kemasayarakatanya mencita citakan tipe ideal tertentu terhadap anak anaknya. Kepribadian merupakan hasil dari proses perkembangan anak dalam interaksi dengan sekitarnya, terutama kitaran social, pengaruh kitaran alamiah dan kitaran social ini sangat sulit untuk dibedakan , dan sulit pula untk mengenali corak keperibadian itu sebagai mana hal yang dibawa sejak dilahirkan atau diperoleh dalam proses kehidupanya sebagai hasil belajar. Setiap anak hidup dalam satu kitaran alam dan lingkungan social budaya tertentu dalam waktu yang berlainan akan berbeda pula. Sikap dasar pandangan terhadap anak ini perlu dimengerti untuk memahami proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian.
            Selain dari factor keluarga, proses pendidikan yang berlangsung didalam sekolah juga meiliki andil dalam mendukung proses p[embentukan kepribasian sang anak, hal ini dapat melalui kultur budaya yang baik. Pencapaian sekoallh yang bermutu perlu dirumuskan dan disepakati  bersama oleh sekolah,warga sekolah, dan para pendukungnya. Dengan pendekatan seperti itulah , dukunagn nyata terhadap proses pendakian keperingkat – peringkat mutu sekolah secara bertahap akan dikerjakan, dan aneka sumber yang diperlukan dapat digerakan dan dimanfaatkan. Kepala sekolah dan para guru haruslah menjadi pemandu proses menuju sekoalh yang bermutu memerlukan jangka waktu panjang dengan tahapan tahapan yang jelas. 
Melihat kondisi latarbelakang siswa yang berbeda beda tersebut guru harus mampu memikirkan tentang bagaimana penerapan kultur sekoalh yang baik yang dapat melaui penanaman nilai dan norma yang mumpuni serta secara bertahap dan teroganisir dengan baik tanpa ada unsur pemaksaan dengan memperhatikan perbedaan karakter masing masing siwa agar dapat menciptakan situasi kondisi yang terintergral antara satu sama lain, selain itu penerapan metode pembelajaran yang menarik siswa yang salah satu tujuanya untuk mengadakan proses penyatuan secara pelan pelan, hal ini dapat dilakukan seperti game, kuis yang berkaitan denga multikuturalisme, ras dan budaya disetiap amsing masing dunia dengan tujuan agar setiap siswa memiliki rasa cinta dan kebersamaan antara satu sama lain.
Namun ada hal yang perlu dimiliki oleh setiap guru, bahwasanya setiap guru sebenarnya harus mampu melihat kepribadian setiap masing masing siswa, karena dilain sisi yang tampak, terkadang perubahan perubahan yang terjadi oleh setiap siswa ada yang disebabkan karena permasalahan didlam keluargnaya yang tidak bisa ia terima , sehingga dengan kondisi seperti itu terkadang kepribadian sangatlah berpengaruh dalam proses pengembangan hidupnya,fenomena yang sering kita lihat yang terjadi pada anak anak siswa siswi  seperti konflik atau kenakalan remaja bisa disebabkan karena pengaruh dari keluarga yang kurang kondusif dan mendukung terhadap proses proses sosialisasi dalam pembentukan kepribadian sang anak. Film “ freedom writers”  ini mengambarkan tentang bagaimana seorang guru memberi kebebasan terhadap siswanya untuk melontarakan permasalahan atau cerita peribadi mereka baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenagkan yang dituangkan melalui tulisan mereka di buku yang memang telah dikonsep oleh pendidik untuk mengetahui tantang apa sebenarnya yang terjadi didalam kepribadian siswa siswi mereka sehingga dapat menimbulakan adanya konflik yang proses terjadinya begitu cepat yang terjadi antara teman sekelas bahkan diluarkelas mereka. Ketika seorang guru telah mengetahuia apa sebenarnya yang terjadi pada diri peserta didik mereka , maka disitulah langkah langkah awal dimulai untuk menanamkan kultur sekolah dengan memberikan pengetauhan yang mendalam yang dapat menyentuh hati peserta didik, baik secara langsung maupun tidak langsung, mendatangkan konselor konselor yang mampu mengerti tentang permaslahn yang terjadi pada anak anak tersbut sehingga diharapakan mampu memberikan dorongan baik secara moral maupun nilai nilai social budaya, dan disamping itu guru harus bisa menciptakan rasa nyaman terhadap siswanya baik secara langsung maupun tidak langsung karena guru yan baik adalah guru yang mampu menjadi orang tua yang menyenngkan dan menimbulkan rasa nyaman serta dilain sisi juga menjadi teman dalam hidup mereka demi mununjang kebehasilan untuk semua siswa baik secar social , budaya dan kecerdasan kognitif dan spiritual peserta didik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar