(analisis film "freedom of writers" by Richard LaGravenese)
Diangkat dari cerita
film yang berjudul” freedom
writers” tentang bagaimana seorang
guru baru yang bernama “erin gruwell”
mengalami keterkejutan terhadap siswa siswinya
dengan latar belakang daerah dan ras yang berbeda menjadikan masing
masing siswa untuk membentuk sebuah kelompok masing masing, dari latar belakang
itulah konflik antar siswa sering terjadi dengan proses yang begitu
singkat dengan alasan mempertahankan
kelompok masing masing ,disamping itu factor factor lain yang mendorong
lahirnya sifat keagresifan siswa terhadap kelompok lain yang disebabkan karena
sebagian besar siswa siswinya memiliki permasalahan pribadi yang muncul akibat
permasalahan didalam keluarganya, hal inilah yang menyebabkan para anak anak
tidak merasa mendapatkan proses sosialisasi sempurna seperti kasih sayang, rasa
perhatian didalam keluarganya dengan proses yang sempurna hingga mereka berumur
remaja.
Dengan latarbelakang budaya dan ras yang berbeda
seiring kali hal ini menimbulkan kerawanan konflik yang serius dengan berbagai
alasan penyebab yang intinya berakar pada sikap “Etnosentrisme”, etnosentrisme
sendiri merupakan suatu “ sikap atau pandangan yg berpangkal pada masyarakat
dan kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yg
meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain”.hal ini menucul sebagai
konsekuensi atas adanya diskriminasi
didalam dunia etnis.meskipun tidak selamanya sikap entnosentrisme ini bersifat
negative, dampak positifpun masih tetap ada namun hanya terjadi pada setiap
maisng masing kelompok tersebut yang dapat dijelaskan ketika kelompok mereka
merasa tidak dihargai dan dinilai tidak baik atau adanya suatu diskriminasi
dari mkelompok lain, maka sifat dan sikap kecintaan terhadap satu sama lain
dalm kelompokpun muncul sebagai bentuk dari proses pembelaan dan mempertahankan
harga diri masing masing dalam kelompok tersebut, namun dari adnya proses
tersebut sering kali dampak negative muncul akibat aanya konflik tetsebut
seperti menimbulkan rasa gelisah terhadap warga lain , rusaknya fasilitas
fasiltias umum akibat ulah dari kelompok kelompok yang sedang bertikai,dan
lahirnya sebuah perasaan traumatic dari adanya dampak konflik tersebut dll.
Sikap etnosentrik dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya tipe kepribadian,
derajat identifikasi etnik, dan ketergantungan. Semakin tinggi derajat
identifikasi etnik umumnya semakin tinggi pula derajat etnosentrisme yang
dimiliki, meski tidak selalu demikian.
Dengan latarbelakng
Perasaan etnik yang begitu kuat inilah dasar dimana anak anak siswa ang
tersebut saling berusaha m,mempertahankan harga diri mereka di mata kelompok
lain, yang terkadang membuat pola struktur yang diterpakan disekolah kurang
berfungsi dengan baik, namun tidak selamanya pola kutru dan struktur yang
terdpata di masing masnig sekolah tidak mampu mengatasi hal tersebut,semua pada
dasarnya tergantung bagai mana memikirkan cara cara yang afektif dalam
mengatasi permasalahan tersebut melaui pendidikan multikulturlisme yang efektif
dan penanaman kultur sekoalh yang baik yang dapta dilakukan memlaui proses
belajar mengajar dan penerapan metode mengajar yang menarik dll.
Permasalahan selanjutnya yang terjadi pada siswa siswi tersebut ialah dimana mereka
sebagian besar memiliki permasalahan didalam keluarganya seperti adanya
penindasan dari sang ayah terhadap ibunya , mereka diusir dari rumah akibat
kesalahan yg mereka lakukan dan kurangnya rasa perhatian dari orang tua
terhadap anaknya baik itu dari aksih
sayang dst,dilain sisi sebenarnya mereka ingin memberontak atas ketidak
terimaan mereka dari kondisi keluarga yang
seperti itu,namun hal ini hanya mereka pendam hingga mereka beranjak
usia remaja, disinilah mereka mulai mrnimbulkan perasaan kekesalan mereka atas
kondisi keluarganya dulu yang mana dari hal itu mereka memiliki sikap agresif
terhadap kelompok lain yang berdampak pada lahirnya konflik secara singkat.
Pada dasarnya keluarga merupakan agen sosialisasi yang paling dini yang
diterima oleh sang anak. Keluraga merupakan wadah unutk setiap anggota
masyarakat dan keluarga merupakan sarana pendidikan yang pertama. Walaupun
keadaan keluarga satu dengan keluarga
yang lain berbeda, namun merupakan suatu kenyataan behwa pengaruh
pendidikan relative lebih besar disbanding dengan pengaruh sarana saarana lain
terutama dalam masa tahun tahun pra sekolah, seperti dikatakn St. Thomas
Aquines dan John B.Watson ( mifflen,1982), bahwa tahun tahun yang formatif
adalah lima tahun pertama(golden age)
dari kehidupan dan masa tersebut individu ada dalam keluarga, namun belum
berarti pengaruh keluarga berhenti pada saat pre sekolahan dimulai. Pengaruh
itu akan berjalan terus selama ppersekolahan , tetapi pengaruh keluarga itu
telah memberi dasar pada anak melalui cara tertentu sebelum ia sekolah. Melaui
interaksi keluarga, anak disosialisasikan bukan saja kedalam masyarakat umum
saja, tetapi kedalam kelas social dengan nilai nilai,sikap sikap dan norma norma,
yang terdpat didalam keluarga, terutama melalui identifikasi diri dengan orang
tua dan anggota keluarga lainya, melalui proses belajar itulah rasa percaya
diri anak mulai tebentuk dan berkembang. Selanjudnya melalui proses sosialisasi
yang dapat membentuk kepribadian seorang anak, setiap orang tua sejalan dengan
system kehidupan kemasayarakatanya mencita citakan tipe ideal tertentu terhadap
anak anaknya. Kepribadian merupakan hasil dari proses perkembangan anak dalam
interaksi dengan sekitarnya, terutama kitaran social, pengaruh kitaran alamiah
dan kitaran social ini sangat sulit untuk dibedakan , dan sulit pula untk
mengenali corak keperibadian itu sebagai mana hal yang dibawa sejak dilahirkan
atau diperoleh dalam proses kehidupanya sebagai hasil belajar. Setiap anak
hidup dalam satu kitaran alam dan lingkungan social budaya tertentu dalam waktu
yang berlainan akan berbeda pula. Sikap dasar pandangan terhadap anak ini perlu
dimengerti untuk memahami proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian.
Selain dari factor keluarga, proses
pendidikan yang berlangsung didalam sekolah juga meiliki andil dalam mendukung
proses p[embentukan kepribasian sang anak, hal ini dapat melalui kultur budaya
yang baik. Pencapaian sekoallh yang bermutu perlu dirumuskan dan disepakati bersama oleh sekolah,warga sekolah, dan para
pendukungnya. Dengan pendekatan seperti itulah , dukunagn nyata terhadap proses
pendakian keperingkat – peringkat mutu sekolah secara bertahap akan dikerjakan,
dan aneka sumber yang diperlukan dapat digerakan dan dimanfaatkan. Kepala
sekolah dan para guru haruslah menjadi pemandu proses menuju sekoalh yang
bermutu memerlukan jangka waktu panjang dengan tahapan tahapan yang jelas.
Melihat kondisi latarbelakang siswa yang berbeda
beda tersebut guru harus mampu memikirkan tentang bagaimana penerapan kultur
sekoalh yang baik yang dapat melaui penanaman nilai dan norma yang mumpuni
serta secara bertahap dan teroganisir dengan baik tanpa ada unsur pemaksaan
dengan memperhatikan perbedaan karakter masing masing siwa agar dapat
menciptakan situasi kondisi yang terintergral antara satu sama lain, selain itu
penerapan metode pembelajaran yang menarik siswa yang salah satu tujuanya untuk
mengadakan proses penyatuan secara pelan pelan, hal ini dapat dilakukan seperti
game, kuis yang berkaitan denga multikuturalisme, ras dan budaya disetiap
amsing masing dunia dengan tujuan agar setiap siswa memiliki rasa cinta dan
kebersamaan antara satu sama lain.
Namun ada hal yang perlu dimiliki oleh setiap
guru, bahwasanya setiap guru sebenarnya harus mampu melihat kepribadian setiap
masing masing siswa, karena dilain sisi yang tampak, terkadang perubahan
perubahan yang terjadi oleh setiap siswa ada yang disebabkan karena
permasalahan didlam keluargnaya yang tidak bisa ia terima , sehingga dengan
kondisi seperti itu terkadang kepribadian sangatlah berpengaruh dalam proses
pengembangan hidupnya,fenomena yang sering kita lihat yang terjadi pada anak
anak siswa siswi seperti konflik atau
kenakalan remaja bisa disebabkan karena pengaruh dari keluarga yang kurang
kondusif dan mendukung terhadap proses proses sosialisasi dalam pembentukan
kepribadian sang anak. Film “ freedom
writers” ini mengambarkan tentang
bagaimana seorang guru memberi kebebasan terhadap siswanya untuk melontarakan
permasalahan atau cerita peribadi mereka baik yang menyenangkan maupun yang
tidak menyenagkan yang dituangkan melalui tulisan mereka di buku yang memang
telah dikonsep oleh pendidik untuk mengetahui tantang apa sebenarnya yang
terjadi didalam kepribadian siswa siswi mereka sehingga dapat menimbulakan
adanya konflik yang proses terjadinya begitu cepat yang terjadi antara teman
sekelas bahkan diluarkelas mereka. Ketika seorang guru telah mengetahuia apa
sebenarnya yang terjadi pada diri peserta didik mereka , maka disitulah langkah
langkah awal dimulai untuk menanamkan kultur sekolah dengan memberikan
pengetauhan yang mendalam yang dapat menyentuh hati peserta didik, baik secara
langsung maupun tidak langsung, mendatangkan konselor konselor yang mampu
mengerti tentang permaslahn yang terjadi pada anak anak tersbut sehingga
diharapakan mampu memberikan dorongan baik secara moral maupun nilai nilai
social budaya, dan disamping itu guru harus bisa menciptakan rasa nyaman
terhadap siswanya baik secara langsung maupun tidak langsung karena guru yan
baik adalah guru yang mampu menjadi orang tua yang menyenngkan dan menimbulkan
rasa nyaman serta dilain sisi juga menjadi teman dalam hidup mereka demi
mununjang kebehasilan untuk semua siswa baik secar social , budaya dan kecerdasan
kognitif dan spiritual peserta didik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar