Kamis, 11 April 2013

KAMPUNG ADAT CIREUNDEU

(berdasarkan observasi dan wawancara)
Cireundeu merupakan salah satu kampung adat yang masih ada di Jawa Barat. Kampung tersebut terletak di kota Cimahi, Jawa Barat. Sebagaimana kampung adat lainnya, masyarakat kampung adat Cireundeu masih mempertahankan adat istiadat atau tradisi warisan leluhur (karuhun). Kendati demikian, pengaruh budaya modern juga telah hadir dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Cireundeu, seperti halnya tempat tinggal mereka yang sebagian tidak lagi bertipe tradisional melainkan permanen.
Disini keunikan yang dimiliki oleh masyarakat kampung Cireundeu, dari kebiasaan adat yang dimilki hingga masalah pangan yang secara turun temurun di jalankan oleh masyarakatnya salah satunya masyarakat Cireundeu yang masih mengkonsumsi  Singkong sebagai makanan pokoknya, tradisi mengkonsumsi  singkong ini terbukti menjadikan masyarakat Cireundeu mandiri dan tidak tergantung pada beras yang menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia. Masyarakat disana sudah mengkonsumsi ubi kayu sebagai makanan pokok serta mampu melakukan keanekaragaman pengolahan hasil dari ubi kayu tersebut, diantaranya membuat :
·         Kripik singkong
·         Rangginang
·         Awug
·         Beras Singkong (Rasi)

Dengan kondisi tersebut, mereka merasa hidup lebih tentram tanpa terpengaruhi oleh  harga beras. Selain itu, sumber makanan pokok selalu tersedia serta tidak pernah kelaparan. Nasi singkong, yang oleh penduduk Cireundeu dinamakan rasi atau Sanguen, menjadi makanan pokok warga Cireundeu meskipun zaman telah berubah.
Kampung adat Cireundeu yang masih memegang teguh adat istiadat dan kepercayaan leluhurnya,kampung adat ini masih memeluk kepercayaan nenenk moyangnya yaitu ajaran sunda wiwitan, Sunda Wiwitan sendiri mengandung arti Sunda yang paling awal dan bagi mereka agama bukan sarana penyembahan namun sarana aplikasi dalam kehidupan, karena itu mereka memegang teguh tradis
LAMPIRAN PERTANYAAN

Apa saja keunikan yang ada pada Kampung Adat Cireunde?
Pada tahun 1924 masyarakat Kampung Sunda mulai memakan singkong berdasar budaya sunda makan singkong. jaman Jepang mulai disuruh menyebarkan membuat nasi dari singkong  makan singkong sebagai perwujudan budaya sunda dimulai orang Jawa buktinya terdapat aksara Jawa di balai pertemuan. 1964 diberikan ketahanan pangan. Masyarakat Kampung Adat Cireunde terkenal akan kegotongroyongan, berdasarkan pancasila. Pada tahun 1965 saat jaman orang-orang ada yang menyangkal tidak bertuhan. Keunikan utama di yang ada pada masyarakat makanan pokok non beras, mandiri ketahanan pangan, dan mandiri dalam budaya, dan mandiri dalam keyakinan.

Apa saja kesenian yang ada pada masyarakat Kampung Adat Cireunde?
Kesenian yang ada angklung buncis dan kecapi serta alat gamelan seperti biasa dan alat musik karinding yang diadakan tiap syukuran 1 suro atau pada tahun 2012 ini jatuh pada hari kamis 15 November. Dahulu dipakai pada saat panen. Selain itu ada juga adat-adat sunda lainnya. Bukan hanya seni tontonan namun juga seni tuntunan. Maksudnya ada tujuan lain bukan hanya sekedar hiburan. Melestarikan hutan dengan menanam pohon. Selain itu masih ada hutan larangan dan hutan garapan seperti kampung adat di Jawa Barat lainnya.

Apa filosofi keyakinan masyarakat Kampung Adat Cireunde?
Filosofi tentang keyakinan dan makanan pokok yang ada di Kampung Sunda Cireunde yaitu merupakan pelestarian budaya turun temurun dari nenek moyang. Keyakinan yang diturunkan oleh nenek moyang proses sosialisasinya hampir sama seperti sistem kepercayaan kejawen di Jawa. Sedang filosofi tidak makan beras yaitu berdasar pada keyakinan, filosofi kesundaan yang sebagian besar makan singkong sebagai makanan pokok. Dan juga secara geografis Kampung Adat Cireunde lebih cocok untuk bertanam singkong. Selain itu telah diadakan penelitian oleh beberapa profesor dari IPB bahwa makan singkong lebih banyak bertenaga selama 5 jam daripada makan nasi. Sementara keyakinannya bukan islam namun sunda wiwitan.

Bagaimana kegotongroyongan dan sistem pertanian dalam masyarakat?
Sistem gotong royong masih di bina dengan berlandaskan toleransi antar umat beragama sehingga tidak terjadi konflik antar masyarakat. Sementara sistem pertaniannya tidak hanya singkong namun juga sayuran yang lain seperti jagung dan kacang-kacangan. Dalam sistem panennya di Kampung Adat Cireunde tidak ada panen massal karena masa panen yang berbeda dan juga panen tergantung cuaca saat itu.

Produk apa saja yang dihasilkan oleh masyarakat Kampung Sunda Cireunde?
Produk yang dijual oleh masyarakat Cireunde yaitu olahan-makanan dari singkong. Produk dari Kampung Adat Cireunde juga melihat kemasan yang harus dihasilkan sehingga tidak dijual banyak diluar Kampung Adat Cireunde. Selain itu juga masyarakat Cireunde beralasan bahwa sebelum membeli produk dari Kampung Cireunde harus melihat proses pembuatannya, nagaimana pengemasannya dan juga bagaimana kebersihannya. Maka dari itu sebekum membeli produk dari Kampung Adat Cireunde tentunya harus berkunjung ke Kampung Adat Cireunde.

Bagaimana sistem pernikahan di masyarakat Cireunde?
Ada batasan-batasan tentang masalah keyakinan masyarakat Cireunde. Menikah bisa dilakukan atas dasar suka sama suka, namun sesudah menikah tidak boleh bercerai. Karena bercerai itu dirasa melukai perempuan. Yang mengawinkan yaitu orang tua perempuan. Perkawinan hanya sekali, adanya janda setelah ditinggal mati suami, dan juga sebaliknya adanya duda setelah ditinggal meninggal. Syarat penikahan yaitu syahadat, sah secara adat dan mematuhi adat.


Perubahan sosial budaya pada masyarakat Kampung Sunda Cireundeu

Walaupun dapat dikatakan bahwa Kampung adat dan tradisional namun tidak menutup kemungkinan akan adanya perubahan sosial budaya pada masyarakat Kampung Sunda Cireundeu. Perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat Kampung Sunda Cireundeu terjadi karena beberapa faktor. Bila dilihat dari bentuknya perubahan sosial budaya yang ada pada masyarakat Kampung Sunda Cireundeu yaitu perubahan lambat. Perubahan sosial budaya lambat merupakan perubahan sosial yang memerlukan proses yang agak lama menuju sebuah perubahan. Pada masyarakat Kamung Sunda Cireundeu ini perubahan lambat ini terjadi karena pengaruh para wisatawan yang datang ke Kampung Sunda Cireundeu dan membawa kebudayaan yang berbeda-beda. Jadi lambat laun kebudayaan para wisatawan mulai masuk ke Kampung Sunda Cireundeu seperti masuknya teknologi seperti listrik, televisi dan HP juga merupakan salah satu perubahan sosial budaya yang bersifat progress atau menuju yang lebih baik dan membantu masyarakat Kampung Sunda Cireundeu. Sedangkan perubahan masyarakat Kampung Sunda Cireundeu mengenai makanan pokok yang berupa singkong termasuk perubahan yang dikehendaki atau telah direncanakan. Perubahan ini terjadi pada awalnya karena kependudukan penjajah yang mengharuskan masyarakat Kampung Sunda Cireundeu untuk memenuhi seluruh kebun mereka dengan tanaman singkong yang kemudian menjadi makanan pokok masyarakat Kampung Cireundeu sampai saat ini. Faktor ini yang menjadi faktor pendorong adanya perubahan sosial budaya pada masyarakat Kampung Sunda Cireundeu selain dari peraturan adat yang telah ada dan dipatuhi sejak zaman nenek moyang.
Dilihat dari faktor pendorongnya, perubahan sosial budaya pada masyarakat dapat terjadi karena faktor peperangan, peperangan yang dimaksudkan yaitu zaman pendudukan penjajah yang mengharuskan masyarakat Kampung Sunda Cireundeu pada zaman itu harus menanam singkong untuk kepentingan imperialis. Selain itu juga perubahan sosial budaya yang terjadi karena pengaruh dari kebudayaan lain. Jadi terjadi proses akulturasi, akomodasi, maupun asimilasi antara kebudayaan masyarakat Kampung Sunda Cireundeu dengan kebudayaan masyarakat lain baik pendatang maupun interaksi masyarakat Kampung Sunda Cireundeu dengan masyarakat lain ketika bepergian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar